"sayang" kita melampaui segalanya
Perasaan gue pagi itu galau, "apakah rasa sayang gue ini bisa melampaui segalanya?"
Sembribit angin subuh pagi yang menerpa wajah gue ketika gue mengendarai Vario Biru untuk berangkat ke tempat kerja, menghantarkan gue pada menit-menit lamunan tentang arti sayang.
Matahari belum juga tampak, tapi geliat para pekerja yang gue perhatikan sambil mengendara seperti sebuah tentara yang siap berperang."Tangkaplah tanda-tanda itu dan endapkanlah", seakan kata-kata itu memang sudah tertanam dalam alam bawah sadar gue dan membuat gue melamunkan kejadian pada tanggal 16 Agustus tahun lalu. Ketika gue diminta oleh bapak RT untuk membuat sebuah acara 17 Agustus-an di dalam komplek.
Acara diminta untuk menjadi sesuatu yang meriah, dan penuh nasionalisme.
Karena memang tempat tinggal gue ada di dalam komplek Angkatan Darat. Gue pikir nasionalisme saat ini penting sekali dihadirkan, khususnya buat anak muda yang gue pikir mulai "terjajah".
Gue mulai berpikir, untuk mendapatkan gambaran tentang masa depan kita perlu melihat gambaran tentang masa lalu. Perjuangan memperoleh kemerdekaan (cita-cita), dalam hal ini perwujudan nyata kecintaan terhadap tanah air alias rasa "sayang".
Untuk memperlihatkan sisa-sisa rasa sayang diperlukan sebuah figur nyata, cara satu-satunya menghadirkan sosok pahlawan kemerdekaan (pejuang veteran 1945).
Mulailah waktu itu gue dan teman-teman mencari daftar nama figur-figur pejuang 1945 yang sekarang masih hidup dan tinggal di komplek.
Gue pikir hal itu agak mustahil karena data tentang mereka agak sulit dicari, tapi sykurlah bisa ketemu lewat bantuan pak RT. Alhasil pergilah gue dan beberapa orang tim ke rumah seorang bapak pejuang itu.
Sampai di rumahnya, kami dipersilahkan masuk lalu duduk di kursi di ruang tamu.
Suasana cukup hangat dan tenang. Ruang tamu itu dipenuhi foto Bung Karno dan Bung Hatta, gelar si bapak yang telah dibingkai, dan foto serta kliping koran tentang kemerdekaan tempo dulu.
Tapi ada satu hal paling menarik yang gue inget.
Si bapak yang memang sudah senja itu selalu berkata "sayang" ketika meminta si istri untuk melayani tamu nya.
Misalkan, "sayang, tolong ambilkan album foto" atau "sayang tolong bawa kue-kue yang kamu bikin kemarin biar anak-anak muda ini makan".
Banyak cerita yang gue dengar perjuangan dan keromantisan hubungan mereka dalam hidup di tengah perjuangan pergerakan kemerdekaan. Salah satunya cerita ketika mereka sempat berciuman di bawah tank Belanda, dll. Gila dan romantis.
Yup, romantis dan mesranya mereka berdua menghadapi senja hidupnya kini.
Hanya karena mendengar cerita si bapak itu sungguh jiwa nasionalisme kami dapat bangkit.
Maka setelah itu, kami pun meminta si bapak untuk bercerita kembali di sebuah panggung yang akan kita siapkan di 17 Agustus-an nanti.
Gue mendapatkan insight waktu itu, bahwa sebuah kata "sayang" bisa melampaui segala yang ada.
bukan hanya dengan kata sayang yang sering diucapkan si bapak tadi,
bukan hanya dengan cerita perjuangan pergerakan kemerdekaan saja
tetapi saat kita menanyakan kepada si bapak, "Pak, kok bapak hebat sih selalu sebut kata sayang buat istri bapak?"
dan si bapak dengan berbisik menjawab, "Karena sudah beberpa tahun ini saya lupa nama istri saya"
Gue tersenyum sendiri...(diatas motor) dan kegalauan gue itu berhenti ketika suara klakson mobil di belakang gue meminta gue berjalan lebih cepat!
kaget, kesel
tapi setidaknya gue masih hidup, dan mendapatkan peneguhan yang baru. :)
(",)
Urip kuwi...
Senin, 27 Juni 2011
Minggu, 05 Juni 2011
Cuek
-Naif -
Ku baca sinarmu aku biasa saja
Kau kirimkan tanda namun aku cuek
Kau bermain mata aku buang muka
Kau berlagak mesra aku tetap cuek
Kau terlihat suka aku tidak suka
Tapi kau memaksa aku tetap cuek
Kau bermain mata aku buang muka
Kau berlagak mesra aku tetap cuek
Jangan kau marah padaku bila ku diam
Ku tak ada hati bukan ku menghina
Engkau memang cantik lalu bagaimana
Kalau ku tak suka
Kau terlihat suka aku tidak suka
Tapi kau memaksa aku tetap cuek
Kau bermain mata aku buang muka
Kau berlagak mesra aku tetap cuek
Jangan kau marah padaku bila ku diam
Ku tak ada hati bukan ku menghina
Engkau memang cantik lalu bagaimana
Kalau ku tak suka
Ku baca sinarmu aku biasa saja
Kau kirimkan tanda namun aku cuek
Kau terlihat suka aku tidak suka
Tapi kau memaksa aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
-Naif -
Ku baca sinarmu aku biasa saja
Kau kirimkan tanda namun aku cuek
Kau bermain mata aku buang muka
Kau berlagak mesra aku tetap cuek
Kau terlihat suka aku tidak suka
Tapi kau memaksa aku tetap cuek
Kau bermain mata aku buang muka
Kau berlagak mesra aku tetap cuek
Jangan kau marah padaku bila ku diam
Ku tak ada hati bukan ku menghina
Engkau memang cantik lalu bagaimana
Kalau ku tak suka
Kau terlihat suka aku tidak suka
Tapi kau memaksa aku tetap cuek
Kau bermain mata aku buang muka
Kau berlagak mesra aku tetap cuek
Jangan kau marah padaku bila ku diam
Ku tak ada hati bukan ku menghina
Engkau memang cantik lalu bagaimana
Kalau ku tak suka
Ku baca sinarmu aku biasa saja
Kau kirimkan tanda namun aku cuek
Kau terlihat suka aku tidak suka
Tapi kau memaksa aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
Aku tetap cuek, aku tetap cuek
Langganan:
Postingan (Atom)